kala nyesek berbuah nikmat

Di dua hari terakhir ini, saya menangis lebih banyak dibandingkan frekuensi menangis di enam bulan sebelumnya. Rasanya tak penting dijelaskan kenapa saya menangis. Saya cuma ingin bercerita kalo ternyata after effect dari menangis itu nikmat. Rasul SAW pernah bersabda “Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim) Sepertinya kita memang butuh menangis. Karena menangis itu melembutkan hati sementara banyak tertawa membuat sebaliknya.

Alhamdulillah, saya bisa menangis hari ini. Menangis memang sungguh melegakan. Ada emosi tidak enak mengendap yang hanya bisa dikeluarkan lewat menangis. Luapan emosi itu membuat kita tertunduk lemah. Lemas. Hingga di suatu titik menangis bisa menyadarkan saya: bahwa manusia memang bagaikan serpihan biskuit khong guan di sabuk saturnus. Tak berdaya. Rentan lemah menghadapi tumpukan beban psikologis yang menggunung. Ketidakberdayaan tersebut justru membawa hikmah untuk kembali menaruh harap hanya pada yang Maha Agung: Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Perasaan lemah saat menangis meluruhkan seluruh kesombongan yang selama ini meliputi hati. Rasa sombong yang membawa kita pada penolakan terhadap kebenaran, membuat hati menjadi keras, sehingga sulit menerima nasihat dan hidayah yang datang. Menangis pula yang memudahkan kita untuk mengungkap memori tersembunyi akan dosa-dosa yang selalu kita tutupi. Membawa kita pada level iman yang sadar bahwa dosa kita harus segera dihapus, kesalahan harus diperbaiki, sebelum malaikat maut datang ke kita guna menunaikan tugasnya.

After effect paling paripurna dari menangis adalah membuat hati menjadi berharap. Berharap pada Allah untuk menghapus kesedihan yang menyusup dalam hati. Pada akhirnya, hati yang berharap pada Allah tersebut meringankan kita dalam menjalani ibadah yang khusyuk. Memudahkan kita melaksanakan sunnah juga menghindari hal-hal tidak bermanfaat. Pengakuan kelemahan diri yang hadir dalam hati membuat kita takut untuk berbuat dosa di saat bersama-sama maupun sendiri.

Saya tidak memungkiri bahwa saya masih kerap berlaku munafik. Masih suka bilang A tapi berlaku B. Semoga kesadaran saya hari ini akan menjadi pengingat bagi diri sendiri di masa depan. Bahwa diri saya itu lemah tanpa-Nya. Bahwa membuat hati yang selalu mengharap kepada-Nya adalah cara terbaik menjalani hidup. Bahwa menangis yang menyesakkan dada itu menghadirkan rasa nikmat dan damai setelahnya.

Ihdinassiratal mustaqim. Semoga kita selaku dimudahkan untuk terisak menangis dalam mengingat dosa. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Semoga Allah menyelamatkan kita dari api neraka.

Leave a comment